3  > My Stories for You

Is the story old? yes. Is it still a problem? yes.

3.0.1 Standar Prosedur untuk Tertinggal di Lobi

Di dalam mobil, aku tubuh kecil yang menempel di jendela. Ada suara-suara yang ramai dan akrab, terdengar seperti radio dari ruangan lain, begitu dekat sekaligus jauh. Aku tidak ikut mendengarkan, dua-duanya, aku tidak mau dan aku tidak bisa. Mataku sibuk melacak garis-garis emas yang dibuat matahari saat menembus debu di udara, atau menonton pohon-pohon yang nampak seperti mimpi buruk yang aku sukai. Aku ada di antara mereka, tapi duniaku sendiri ada di balik kaca, sunyi dan penuh dengan hal-hal kecil yang hanya aku yang melihat.

Lalu kami berhenti di sebuah tempat yang besar dan terbuka di dekat Borobudur. Suara-suara itu menjauh, sibuk berbicara dengan orang di balik meja kayu yang tinggi. Aku ditinggalkan sendiri untuk sesaat, mataku terpaku pada sebuah patung dari batu di dekat kolam kecil. Aku mau membawanya pulang, harusnya boleh.

Aku mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, kembali ke pintu tempat kami masuk. Salah satu dari mereka menoleh sekilas, tapi tatapannya lewat begitu saja. Lalu sebuah pertanyaan kecil yang aneh muncul: bagaimana kalau aku tidak ikut? Jadi, aku tidak bergerak. Aku hanya melangkah ke samping, bahkan tidak bersembunyi, hanya melangkah beberapa langkah kecil. Tidak lama, aku melihat mobil itu menyala dan perlahan pergi, membawa semua keramaian itu bersamanya.

Setelah mobil itu hilang, rasanya luar biasa? Seperti baru saja menemukan sebuah tombol rahasia, dan dengan menekannya, suara statis yang ramai di kepalaku, akhirnya mati. Yang tersisa bukanlah sepi, melainkan sebuah keheningan yang jernih. Satu-satunya suara adalah gemericik air dari kolam. Aku berjalan mendekati patung batu di kolam itu, menyentuh kepalanya yang dingin. Tidak ada yang menelepon, tidak ada yang panik. Untuk pertama kalinya, aku tidak hanya dipaksa mendengar dan aku bisa memilih suara apa yang ingin kudengarkan. Dan aku memilih ini.

⋆⋅☆⋅⋆ ──────

Saya belajar bahwa inti dari perjalanan ini bukanlah tentang pasrah pada alurnya, melainkan tentang mengambil tanggung jawab penuh atas arah yang saya tuju. Masa depan mungkin terasa abstrak, tetapi tindakan yang saya ambil hari ini sangatlah nyata. Karena itu, kegigihan saat menghadapi kesulitan, rasa ingin tahu untuk terus belajar, dan kemampuan beradaptasi saat rencana berubah menjadi prinsip utama saya. Ini bukan soal menjadi sempurna, tapi soal kesadaran bahwa sayalah yang bertanggung jawab untuk membangun jalan saya sendiri, langkah demi langkah